Fakta di Balik Mata Berdarah yang Sering Dianggap Menular, Ini Penyebabnya
Kaweden MYID
- Pernahkah kamu melihat seseorang dengan mata yang tampak berdarah, lalu secara refleks menghindari kontak mata karena takut tertular? Kepercayaan di Indonesia yang menyebutkan "jangan lihat matanya nanti ketularan" ternyata adalah mitos yang keliru dan tidak memiliki dasar medis. Mata berdarah atau yang dalam istilah medis disebut perdarahan subkonjungtiva bukanlah penyakit menular yang bisa berpindah hanya dengan melihat mata orang lain.
Mata berdarah adalah kondisi medis ketika pembuluh darah kecil di bawah lapisan bening mata (konjungtiva) pecah dan menyebabkan darah terkumpul di area putih mata. Kondisi ini membuat bagian putih mata tampak merah terang atau bahkan seluruhnya tertutup darah, yang memang terlihat menakutkan bagi orang awam. Meskipun penampilannya cukup mengkhawatirkan, perdarahan subkonjungtiva umumnya tidak menyebabkan rasa sakit dan tidak mempengaruhi kemampuan penglihatan.
Terdapat beberapa penyebab umum yang dapat memicu terjadinya mata berdarah. Pemahaman tentang penyebab-penyebab ini penting agar kamu dapat mengenali faktor risiko dan mengambil langkah pencegahan yang tepat. Berikut adalah penyebab-penyebab mata berdarah yang perlu kamu ketahui:
-
Benturan atau cedera di daerah mata
Cedera pada area mata dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah kecil di konjungtiva. Ini sering terjadi akibat benturan, gesekan, atau trauma ringan. -
Bersin dan batuk yang terlalu kuat
Tekanan yang meningkat tiba-tiba saat bersin atau batuk dapat memengaruhi tekanan pada pembuluh darah di sekitar mata. -
Mengejan dan muntah terlalu kuat
Tekanan yang meningkat saat mengejan atau muntah juga dapat memicu pecahnya pembuluh darah kecil di mata. -
Mengucek mata secara kasar atau berlebihan
Mengucek mata dengan cara yang tidak tepat dapat merusak jaringan lembut di sekitar mata dan memicu perdarahan.
Selain penyebab mekanis seperti yang disebutkan di atas, terdapat beberapa kondisi kesehatan yang dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami mata berdarah. Faktor-faktor kesehatan tertentu dapat membuat pembuluh darah di mata menjadi lebih rapuh dan mudah pecah. Kondisi-kondisi ini perlu mendapat perhatian khusus karena berkaitan dengan kesehatan sistemik tubuh secara keseluruhan.
-
Diabetes
Penderita diabetes memiliki pembuluh darah yang lebih rapuh akibat kadar gula darah yang tidak terkontrol. Kondisi ini membuat dinding pembuluh darah di mata menjadi lemah dan mudah pecah bahkan dengan trauma ringan. Diabetes yang tidak terkontrol dengan baik dapat menyebabkan berbagai komplikasi pada mata, termasuk perdarahan subkonjungtiva. -
Tekanan Darah Tinggi
Hipertensi menyebabkan tekanan berlebih pada dinding pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk pembuluh darah kecil di mata. Tekanan yang tinggi ini dapat menyebabkan pembuluh darah pecah secara spontan, terutama saat terjadi lonjakan tekanan darah mendadak. Penderita hipertensi perlu menjaga tekanan darahnya tetap stabil untuk mencegah komplikasi pada mata. -
Mengonsumsi Obat Pengecer Darah
Penggunaan obat antikoagulan seperti warfarin (Jantoven) dan aspirin membuat darah lebih sulit membeku. Kondisi ini meningkatkan risiko perdarahan di berbagai bagian tubuh, termasuk mata, bahkan dari trauma yang sangat ringan. Pasien yang mengonsumsi obat-obatan ini perlu lebih berhati-hati dan rutin memeriksakan diri ke dokter. -
Gangguan Pembekuan Darah
Kondisi medis ini dapat mempengaruhi kemampuan darah untuk membeku normal dapat menyebabkan perdarahan spontan di mata. Gangguan ini bisa berupa kelainan bawaan atau didapat yang membuat proses pembekuan darah tidak berjalan dengan baik. Penderita gangguan pembekuan darah memerlukan monitoring medis yang ketat untuk mencegah komplikasi perdarahan.
Selain faktor kesehatan tertentu, terdapat beberapa faktor risiko demografis dan gaya hidup yang juga berperan dalam meningkatkan kemungkinan terjadinya mata berdarah.
Cleveland Clinic menjelaskan bahwa kelompok-kelompok tertentu memiliki kerentanan yang lebih tinggi terhadap kondisi ini. Memahami faktor-faktor risiko tambahan ini dapat membantu kamu mengidentifikasi apakah kamu termasuk dalam kelompok berisiko tinggi.
-
Usia Lanjut
Orang yang berusia 65 tahun ke atas memiliki risiko tertinggi mengalami perdarahan subkonjungtiva. Hal ini terutama berlaku bagi mereka yang memiliki kondisi vaskular seperti tekanan darah tinggi dan diabetes, karena kombinasi faktor usia dan penyakit penyerta membuat pembuluh darah semakin rapuh. Proses penuaan alami menyebabkan dinding pembuluh darah menjadi lebih tipis dan kehilangan elastisitasnya. Lansia juga sering mengonsumsi berbagai obat-obatan yang dapat meningkatkan risiko perdarahan. -
Penggunaan Lensa Kontak
Pengguna lensa kontak memiliki risiko lebih tinggi mengalami perdarahan subkonjungtiva dibandingkan mereka yang tidak menggunakannya. Penggunaan lensa kontak dapat menyebabkan mata menjadi lebih kering dan terjadi gesekan antara lensa dengan konjungtiva. Kondisi kering dan gesekan ini dapat memicu peradangan dan menyebabkan pembuluh darah pecah, terutama jika lensa tidak dipasang dengan benar atau digunakan terlalu lama. Kebersihan lensa kontak yang buruk juga dapat meningkatkan risiko infeksi yang berujung pada perdarahan. -
Pasca Operasi Mata
Seseorang yang baru menjalani operasi mata, seperti operasi katarak, berada pada risiko yang lebih tinggi mengalami perdarahan subkonjungtiva. Prosedur bedah pada mata dapat menyebabkan trauma pada jaringan dan pembuluh darah di sekitarnya, yang membutuhkan waktu untuk pulih sepenuhnya. Manipulasi pada struktur mata selama operasi dapat membuat pembuluh darah menjadi lebih rapuh dalam periode pemulihan. Pasien pasca operasi mata perlu mengikuti instruksi dokter dengan cermat untuk meminimalkan risiko komplikasi perdarahan.
Kabar baiknya, sebagian besar kasus mata berdarah tidak memerlukan perawatan medis khusus dan akan sembuh dengan sendirinya. Pembuluh darah yang pecah akan diserap kembali oleh tubuh secara alami dalam waktu dua minggu, meskipun bercak yang lebih besar mungkin membutuhkan waktu lebih lama. Selama proses penyembuhan, warna area yang berdarah akan berubah seperti memar yang memudar, dari merah terang menjadi kekuningan sebelum akhirnya hilang sepenuhnya. Jika kamu merasa ada sedikit iritasi atau ketidaknyamanan, tetes mata artificial tears dapat membantu meringankan gejala tersebut.
Namun perlu diingat, jika kamu mengalami nyeri pada mata yang tidak biasa, maka segeralah menghubungi dokter spesialis mata. Nyeri mata bisa menjadi tanda kondisi yang lebih serius, seperti hyphema yaitu penumpukan darah di depan iris atau bagian berwarna mata kamu. Kondisi ini berbeda dengan perdarahan subkonjungtiva biasa dan memerlukan penanganan medis segera untuk mencegah komplikasi yang lebih parah. Terutama jika mata berdarah disertai dengan penurunan penglihatan, nyeri hebat, atau terjadi setelah cedera kepala yang signifikan, segera cari bantuan medis profesional.
Selain itu, penting juga untuk diingat bahwa jika tidak ada gangguan kesehatan lain yang mendasari, mata berdarah biasanya akan sembuh dalam waktu 1-2 minggu tanpa meninggalkan efek samping permanen. Proses penyembuhan ini tidak memerlukan intervensi khusus dan kamu dapat melanjutkan aktivitas normal seperti biasa. Namun, jika kamu sering mengalami mata berdarah berulang kali tanpa penyebab yang jelas, sebaiknya konsultasikan dengan dokter untuk mengetahui apakah ada kondisi kesehatan yang mendasari. Pemeriksaan menyeluruh dapat membantu mengidentifikasi faktor risiko yang mungkin belum terdeteksi, seperti hipertensi atau gangguan pembekuan darah yang perlu ditangani.
Anda telah membaca artikel dengan judul Fakta di Balik Mata Berdarah yang Sering Dianggap Menular, Ini Penyebabnya. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung di website Kaweden MYID.
Gabung dalam percakapan