Kaweden MY.ID adalah situs tempat berbagi informasi terkini dan info penting lainnya. Kritik dan saran silahkan tulis di contact. Kunjungi juga situs Ruang Baca

Dolanan - Dolanan Di Dusun Kaweden

Sobat Kaweden, Masih ingatkah teman-teman dengan masa kecil? Hmm, siapa yang bisa melupakannya. Masa kecil adalah masa yang paling indah, masa dimana kita bebas untuk mengekspresikan diri melalui berbagai kegiatan ataupun permainan. Ketika kita sedang bermain pasti sering lupa waktu, kadang-kadang sampai dimarahi orang tua. Yah, namanya juga anak kecil.



 Kaweden merupakan sebuah dusun tempat kami menghabiskan masa kecil kami. Lalu, bagaimana dengan dolanan anak? Apakah teman-teman masih ingat dengan permainan jaman dulu ketika masih kecil? Atau sudah lupa tergerus kemajuan jaman dan tehnologi? Namun yang pasti anak-anak sekarang sudah tidak tahu tentang permainan-permainan masa kecil kami dulu. Yang mereka tahu adlah PS,internet,Facebook ataupun nongkrong di mall-mall. Untuk menyegarkan ingatan,akan kami sebutkan beberapa permainan masa kecil kami dulu.

 Terdapat berbagai jenis dolanan anak yang berkembang di Kaweden. Berdasarkan apa yang telah kami mainkan dulu,antara lain:

1. Gobag Sodor





Gobag sodor merupakan jenis permainan yang dapat dilakukan oleh minimal enam orang, satu orang bermain berperan penjaga dan yang lain sebagai pelaku. Namun, Gobag Sodor biasa dimainkan oleh empat orang atau lebih dengan komposisi pemain masing-masing sama ditiap kelompok. Permainan ini diawali dengan membuat kerangka berupa garis-garis di tanah berbentuk kotak besar yang dibagi menjadi empat atau enam kotak yang lebih kecil.

 Tahap 2, dilakukan suit (Jawa: pingsut) untuk menentukan pihak menang (kelompok A) dan pihak kalah (kelompok B). Pihak menang bersiap memasuki area dalam dan pihak kalah berjaga di garis-garis jaga. Tugas penjaga (kalah) adalah menangkap anggota kelompok A yang masih berada di luar maupun di dalam area dalam dengan cara menyentuh anggota badan mereka. Pemain yang telah tertangkap tidak boleh bermain lagi. Kelompok dianggap menang apabila berhasil melewati/menerobos semua penjaga tanpa tersentuh, mulai dari bagian luar depan, memasuki ketiga baris area dalam hingga ke bagian luar belakang, kemudian kembali lagi melewati ketiga baris area dalam hingga kembali mencapai bagian luar depan. Permainan ini umumnya berkembang dan dikenal dengan nama yang sama di semua daerah Sleman khususnya Yogyakarta umumnya. Masyarakat biasa menyebut permainan ini secara singkat, yaitu bag sodor.

 Dalam permainan ini, kami melakukan berbagai gerakan tubuh yang meningkatkan kemampuan psikomotorik mereka seperti berlari, meraih/menggapai (untuk menangkap lawan), menghindar (menunduk, menepi dari garis, dan sebagainya), melompat, meniti garis jaga, dan sebagainya. Dalam permainan ini, anak juga diajak untuk memahami strategi dan trik untuk menerobos penjagaan atau menangkap lawan. Anak juga dituntut untuk memahami area dalam yang tidak boleh dilanggar oleh pemain. Apabila seorang pemain keluar atau menginjak garis penjagaan, maka pemain tersebut dinyatakan keluar. Selain itu, bermain Gobak Sodor memberikan nilai-nilai positif terhadap sikap anak. Dalam permainan ini, anak akan belajar bersikap jujur (mengakui apabila telah melakukan kesalahan seperti menginjak garis atau tersentuh lawan), bekerjasama dan berkoordinasi baik dalam menembus penjagaan maupun melakukan penjagaan, mengekspresikan kemenangan dan kekalahan, serta memberikan dukungan kepada orang lain.

2. Cublak-cublak Suweng

 Cublak-cublak Suweng merupakan dolanan anak yang sangat terkenal dalam masyarakat suku Jawa. Biasanya di mainkan di malam hari ketika bulan purnama. Terdapat sebuah lagu yang digunakan dalam permainan ini, yaitu lagu Cublak-cublak Suweng. Adapun syair lagu tersebut adalah sebagai berikut:

 "Cublak-cublak suweng/suwenge teng gelenter/mambu ketundhung gudel/Pak Empong lera-lere/sapa ngguyu ndhelikake/sir sir pong dhele kopong/sir sir pong dhele kopong".

Cublak-cublak suweng dilakukan oleh beberapa orang, yang berkisar antara 5-7 orang. Permainan ini bisa dilakukan oleh laki-laki maupun perempuan. Nama cublak-cublak suweng itu sendiri dimungkinkan berasal dari kegiatan yang dilakukan dalam permainan ini, yaitu dengan mencublek-cublek (menonjok-nonjok) suweng (giwang) yang terbuat dari tanduk atau uwer. Pada perkembangan selanjutnya, anak-anak menggunakan bahan-bahan sederhana semacam uang koin, batu kecil, atau alat lain yang dapat disembunyikan dalam genggaman tangan.

 Permainan ini dimulai dengan hompimpa untuk menentukan anak dadi. Anak yang dadi duduk timpuh dan telungkup dan pemain lain duduk mengelilinginya. Salah satu anak secara sukarela atau dipilih menjadi embok. Tiap pemain meletakkan kedua belah tangannya di atas punggung dadi. Kemudian, embok mencublek-cublek uwer menyentuh tangan tiap pemain sambil semua pemain menyanyikan lagu Cublak-cublak Suweng. Pada saat tiba pada syair sir sir pong dhele kopong, semua anak mengepalkan tangannya dan melakukan gerakan seperti mengiris dengan kedua telunjuknya. Salah satu anak memegang uwer dan menyembunyikannya dalam genggaman. Tugas dadi selanjutnya adalah menemukan pemain yang menyembunyikan uwer.

3. Jamuran

 Jamuran merupakan permainan individu yang dilakukan secara berkelompok dan dilakukan lebih dar 3 orang. Pertama-tama para pemain melakukan suit atau ho-pim-pah untuk menentukan siapa yang jaga. Pemain jaga kemudian berdiri ditengah dan sisanya berdiri disekeliling pemain jaga dan saling merentangkan tangan membentuk lingkaran. Kemudian para pemain bukan jaga, berjalan mengelilingi pemain jaga sambil menyanyian lagu jamuran yang kemudian di akhir lagu, pemain jaga harus menyebutkan jenis jamur dimana setiap pemain harus berperan atau menirukan jamur tersebut. Pemain yang gagal menjadi jamur yang dimaksud dengan sempurna, maka giliran dialah yang jaga.

Syair: jamuran yo ge gethok/ jamur gajih mbejijih sa ara-ara/ semprat-semprit jamur apa?

 Adapun jenis jamur yang sering disebutkan antara lain:

a. Jamur parut: para pemain menyiapkan telapak kakinya untuk digaruk-garuk oleh pemain dadi. Jika yang digaruk geli dan tertawa, maka pemain tersebut dinyatakan kalah dan menjadi pemain dadi selanjutnya.

b. Jamur gendhong: anak-anak lari kemudian berjongkok membuat lingkaran. Jarak antara pemain kurang lebih satu depa. Apabila ada yang berjarak lebih dari satu depa, anak yang berada di sebelah kiri menjadi pemain dadi. Apabila tidak ada yang berjarak lebih dari satu depa, maka pemain dadi harus mengangkat salah seorang di antara mereka. Apabila ada yang terangkat, maka dia menjadi pemain dadi selanjutnya.

c. Jamur kethek menek. Kethek menek dalam bahasa Jawa memiliki arti ‘monyet memanjat’. Para pemain menirukan kera yang sedang memanjat. Mereka boleh memanjat pohon, bangku, kursi, atau benda lain; yang penting mereka tidak menginjak tanah.

d. Jamur gagak: para pemain berlari sambil menirukan gerakan burung gagak yang sedang terbang. Pemain dadi harus menangkap salah satu gagak untuk menggantikannya sebagai pemain dadi.

e. Jamur Kendhil borot: anak lari mencari tempat untuk buang air kencing, jika ada anak yang tidak kencing akan menjadi pengganti anak dadi.

 Selain apa yang telah disebutkan di atas, masih banyak lagi jenis jamur yang dapat dimainkan oleh anak-anak tergantung kreativitas mereka.

Lanjut ke Dolanan - Dolanan Di Dusun Kaweden Part 2

Lokasi Kaweden