Profil Bos IPO Diastika (CHEK) dan Kepentingan Taipan Farmasi Cina Lam Kong
PT Diastika Biotekindo Tbk (CHEK), perusahaan distribusi alat kesehatan, tengah bersiap mencatatkan saham perdana di Bursa Efek Indonesia pada 10 Juli 2025. Melalui penawaran umum perdana saham atau initial public offering (IPO), emiten ini akan melepas hingga 815 juta saham baru, setara 20,04% dari modal disetor penuh setelah IPO.
IPO CHEK menawarkan harga di rentang Rp 120 hingga Rp 140 per saham. Dari aksi korporasi ini perusahaan berpotensi meraup dana segar hingga Rp 114,1 miliar.
Seluruh dana hasil IPO ini akan digunakan untuk modal kerja, terutama untuk mendukung pembelian barang dagangan dan keperluan operasional perusahaan. CHEK bukanlah pemain baru di industri alat kesehatan.
Berdiri sejak 1989, perusahaan telah menjalin kerja sama strategis dengan sejumlah prinsipal global, seperti Bio-Rad dan Thermo Fisher, untuk memperluas distribusi alat kesehatan dan laboratorium di Indonesia. Kini, dengan masuk ke pasar modal, CHEK berupaya memperkuat posisinya, sekaligus membuka peluang lebih luas untuk berpartisipasi dalam proyek pengadaan pemerintah, seperti SIHREN, SOPHI, dan InPLUS yang berada di bawah koordinasi Kementerian Kesehatan.
- Deep Source Ltd Caplok Master Print (PTMR), Harga Saham Loncat 102% Sepekan
- IHSG Diproyeksi Menguat, Saham BBCA, WIFI, AKRA dan GJTL Masuk Rekomendasi
- Wall Street Naik di Tengah Anjloknya Harga Minyak Dunia Dua Hari Beruntun
Pengendali CHEK dan Afiliasi dengan LABS
Di balik IPO ini, terdapat nama besar yang juga mengendalikan emiten alat kesehatan lain yang lebih dulu tercatat di bursa, PT UBC Medical Indonesia Tbk (LABS). CHEK dan LABS berada dalam satu lingkar kepemilikan melalui entitas bernama PT Optel Investama Mulia.
Berdasarkan komposisi pemegang sahamnya, PT Optel Investama Mulia sebagai pengendali dengan menguasai 2,85 miliar atau 72,39% saham LABS. Sedangkan dalam struktur pemegang saham CHEK, PT Optel Investama Mulia sebagai pemegang mayoritas sebesar 76,54% atau 2,48 miliar saham. Kedua perusahaan sama-sama menggunakan Lotus Sekuritas sebagai penjamin dan pelaksana efek IPO.
Merujuk prospektus perusahaan Diastika Biotekindo merupakan perusahaan patungan yang terhubung dengan taipan farmasi dari Cina. Selain Opel Investama, pemegang saham lainnya adalah Theresia Maria Nelly Susanti dengan kepemilikan 20% saham. Adapun kepemilikan oleh masyarakat sebanyak 17,72%.
Optel Investama Mulia merupakan perusahaan yang bergerak di bidang jasa konsultasi investasi. Merujuk anggaran dasar perusahaan juga bergerak di bidang perdagangan besar obat dan farmasi.
Rute Taipan Industri Farmasi Cina di Belakang Penawaran Umum Perdana CHEK
Sampai dengan penyusunannya berdasarkan Akta 34/2025, modal dasar PT Optel Investama Mulia mencakup 8,33 juta lembar saham seri A serta 1,79 juta lembar saham seri B. Di antara angka-angka ini, 7,18 juta lembar saham seri A dan semua saham seri B sudah dipasang dan dibayarkan sepenuhnya, yang secara keseluruhan bernilai nominal total Rp 160 miliar.
Laurentia Hariadi, pemilik mayoritas di Optel Investama Mulia, memegang 2,93 juta saham Seri A yang bernilaiRp 29,35 miliar atau mencapai 32,67% dari jumlah saham yang telah disetorkan. Diikuti oleh Karjeny Satia dengan porsi 17,82%. Selanjutnya, Active Rich Investment Limited memiliki saham Seri B senilai Rp 62,83 miliar atau berada pada posisi 16,40%, serta Healthy Alliance Limited dengan kepemilikan tertentu.
Beberapa pemilik saham lainnya meliputi Ave Nina Sutikono, Nathan Tirtana, Venny Haryanti, dan Zhou Biyan, bersama dengan kepemilikan saham treasury yang terdaftar di bawah nama Optel Investama Mulia. Jumlah total saham dalam portofolio sekarang mencapai 1.151.083 lembar saham Seri A.
Lain dari pemilik saham di Optel Investama adalah Active Rich Investment Limited, yang memiliki sekitar 3,28%. Kedudukan resmi perusahaannya berada di Cayman Islands dan dikendalikan secara penuh oleh Hope Fortune Investment Ltd. Sedangkan Hope Fortune sendiri dikuasai oleh Lam Kong, seorang pengusaha properti asal China.
Pemilik saham dalam Optel Investama telah bersedia untuk mengangkat Laurentia Hariadi menjadi pengendali. Istri dari Nathan Tirtana ini adalah orang yang memimpin LABS dan juga berhubungan secara langsung dengan perusahaan CHEK.
“Dalam rangka pemenuhan Pasal 85 Peraturan OJK Nomor 3 Tahun 2021 tentang penyelenggaraan kegiatan di Bidang Pasar Modal, Perseroan telah menetapkan Laurentia Hariadi sebagai pengendali,” tulis manajemen dalam prospektus IPO.
Selanjutnya Laurentia Hariadi selaku pengendali Perseroan, akan tetap menjadi pengendali Perseroan dan tidak dapat mengalihkan pengendaliannya pada Perseroan sampai dengan sekurang-kurangnya 12 bulan setelah Pernyataan Pendaftaran Penawaran Umum Perdana Saham Perseroan menjadi efektif
Di Biotekindo Nathan yang menjadi Komisaris Utama di LABS bertindak sebagai Direktur Utama. Sedangkan jabatan komisaris utama dipegang oleh Ave Nina Sutikno.
Susunan Direksi dan Komisaris Diastika Biotekindo (CHEK)
Sususan Dewan Direksi CHEK
Direktur Utama : Nathan Tirtana
Direktur : Qi Fei
Direktur : Franciscus Xaverius Yoshua Raintjung
Susunan Dewan Komisaris CHEK
Komisaris Utama: Ave Nina Sutikno
Komisaris : Hong Tan
Nathan adalah graduate dari jurusan Teknik Universitas New South Wales tahun 2002. Dia sempat menjabat sebagai eksekutif tingkat lanjutan di Bagian Pengembangan Produk, Shanghai United Cell Biotechnology Co., Ltd mulai tahun 2003 hingga 2024. Di saat bersamaan, dia telah berperan sebagai anggota dewan direksi di PT Inodia dan juga pemilik saham LABS antara tahun 2010 sampai 2012.
Anda telah membaca artikel dengan judul Profil Bos IPO Diastika (CHEK) dan Kepentingan Taipan Farmasi Cina Lam Kong. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung di website Kaweden MYID.
Gabung dalam percakapan