Kaweden MY.ID adalah situs tempat berbagi informasi terkini. Berita dalam negeri kunjungi situs RUANG BACA. Untuk berita luar negeri kunjungi DJOGDJANEWS

Tips Financial Freedom dari Dividen: Belajar dari Lo Kheng Hong, Butuh Strategi

Kebebasan finansial atau financial freedom dapat dicapai melalui keuntungan dari dividen. Jika dikelola dengan strategi yang tepat, cuan dari dividen bisa menjadi jalan menuju kebebasan finansial. Strategi ini juga telah lama diterapkan oleh investor kawakan Tanah Air, Lo Kheng Hong.

Investor yang dijuluki sebagai Warren Buffet dari Indonesia ini telah ongkang-ongkang kaki setelah berhasil memupuk kekayaan melalui jalur investasi jangka panjang. Salah satu sumber kekayaannya berasal dari dividen. 

Kekayaan Lo tidak muncul sekaligus bekat modal jumbo di dunia saham. Sosok legendaris di pasar modal Indonesia ini memulai perjalanan investasinya sejak usia 30 tahun, saat masih bekerja sebagai staf tata usaha di sebuah bank.

Sejak muda, Lo rajin menyisihkan penghasilan untuk membeli saham. Ketekunan dan disiplin itulah yang mengantar Lo menjadi salah satu investor individu paling disegani di Indonesia.

Dalam diskusi dengan Kaweden MYID.co.id, Lo menyatakan investor harus jeli melihat peluang di pasar modal. Salah satunya dengan memilih investasi pada emiten yang memiliki fundamental bagus sehingga bisa membagikan dividen. 

“Yang labanya besar itu emas, yang dividennya besar itu emas,” tutur Lo Kheng Hong memberikan tips. 

Strategi mengumpulkan dividen ini membawa Lo mengantongi dividen lebih dari Rp 100 miliar setiap tahunnya. Untuk tahun buku 2024 misalnya, ia mengantongi dividen jumbo dari beberapa emiten di antaranya Rp 23 miliar dari PT ABM Investama Tbk (ABMM), Rp 9,6 miliar dari PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL) dan Rp 15 miliar dari PT Salim Ivomas Tbk (SIMP).

 Jumlah ini belum termasuk dividen dari sejumlah saham perbankan  yang ia koleksi seperti PT Bank OCBC NISP Tbk (NISP) PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Danamon Indonesia Tbk (BDMN), dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA). Ia juga tercatat memiliki saham di PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) dan menerima dividen Rp 48 miliar. 

Financial freedom merupakan kondisi ketika seseorang memiliki pendapatan yang cukup, sehingga tak perlu merasa khawatir akan kekurangan dana. 

Melalui siniar bertajuk Raditya Dika: Pelit atau Minimalis? Gen Z Susah Financial Freedom, Raditya Dika menyebut, seseorang dapat dikatakan mencapai financial freedom apabila memiliki sejumlah uang yang disimpan dalam instrumen investasi, dan jika diambil sebanyak 4% per tahun untuk memenuhi gaya hidup, uang tersebut tidak akan habis hingga ia meninggal dunia.

Lebih jauh, Perencana Keuangan Independen Andy Nugroho menyampaikan ada beberapa kiat yang dapat ditempuh para investor saham agar mampu mencapai financial freedom dari cuan dividen. Lantas, apa saja strategi jitu untuk membangun financial freedom dari dividen saham?

Tips Meraih Financial Freedom dari Lo Kheng Hong 

Menabung Saham Sejak Muda

Menurutnya, membangun financial freedom dari dividen membutuhkan modal yang besar. Selain itu, dia bilang, jumlah saham yang dimiliki harus cukup banyak. 

Misalnya, jika imbal hasil (dividend yield) sekitar 10%, dan target penghasilan pasif Rp 5 juta per bulan atau Rp 60 juta per tahun, maka investor butuh portofolio senilai sekitar Rp 600 juta.

“Pertanyaannya, apakah kita sudah punya modal sebesar itu? Kalau belum, bisa mulai seperti yang dilakukan Lo Kheng Hong, yaitu menabung saham sedikit demi sedikit sejak muda,” kata Andy kepada Kaweden MYID, Sabtu (25/10).

Ia menjelaskan, investor bisa belajar menabung saham dari cara yang dilakukan Lo. Investor terkemuka itu menerapkan prinsip cost averaging, yakni membeli saham secara rutin setiap bulan, terlepas dari harga sedang naik atau turun.

“Pokoknya setiap bulan sisihkan sebagian gaji untuk beli saham. Kalau ada bonus, tambahkan lagi. Jadi dia akumulasi terus lama bertahun-tahun sekian lama seperti itu,” ujarnya.

Menentukan Strategi: Jangka Pendek vs Jangka Panjang

Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa setiap investor harus tahu tujuan investasinya. Jika ingin mengincar keuntungan dari dividen, maka investor perlu melakukan investasi jangka panjang. Berbeda jika ingin mendapatkan penghasilan untuk kebutuhan sehari-hari atau mingguan, investor bisa melakukan trading. 

Investor trader biasanya mencari keuntungan 6–10% per transaksi dan bisa mencairkan hasilnya setiap hari atau minggu. Namun, mereka harus siap memantau pergerakan harga setiap waktu.

“Kembali lagi ke goals masing-masing, tujuan masing-masing, strateginya masing-masing,” katanya.

Pilih Saham yang Rajin Bagikan Dividen Minimal 10 Tahun Terakhir

Andy melanjutkan, bagi investor pemula yang baru terjun ke dunia investasi saham dan telah mengincar untuk membangun financial freedom dari dividen saham, menurutnya, pemilihan saham penting disesuaikan dengan strategi.

“Coba aja cari list emiten yang paling rajin membagikan dividen setiap tahunnya selama 10 tahun terakhir. Mereka bisa pilih emiten-emiten tersebut, gitu ya, daripada mereka asal milih emiten,” ujarnya.

Ia mengingatkan bahwa tidak semua emiten wajib membagikan dividen setiap tahun. Karena itu, penting bagi investor untuk  memilih perusahaan yang konsisten dan memiliki rasio pembagian dividen besar.

Selain itu, ia menyarankan memilih saham-saham yang masuk indeks LQ45 atau MSCI Index karena likuiditasnya tinggi dan volatilitasnya relatif rendah.

“Jarang sekali saham LQ45 yang pergerakannya ekstrem dalam sehari. Biasanya naik-turunnya cuma 3–6%,” ujarnya.

Sementara itu, untuk saham lapis dua (second liner), ia meminta investor untuk memperhatikan volume perdagangan.

Pelajari Analisa Fundamental

Di akhir, ia menekankan pentingnya memahami fundamental perusahaan sebelum berinvestasi.

“Kalau saham-saham LQ45 atau MSCI itu umumnya sudah teruji fundamentalnya. Tapi jika investor ingin berinvestasi saham-saham lapis dua, maka perlu belajar analisis lebih dalam seperti valuasi, prospek bisnis, hingga rasio keuangannya,” jelasnya.

Ia mencontohkan Lo Kheng Hong yang berani memilih saham di luar LQ45 karena memahami nilai intrinsik dan potensi jangka panjangnya. Andy menyatakan, Lo mempelajari price to value, prospek industri dan akumulasi jangka panjang dari suatu saham yang bukan LQ45. 

“Jadi, semakin banyak referensi dan pengetahuan, semakin matang keputusan investasi kita,” kata dia.

Perencana keuangan Finante.id, Rista Zwestika, mengatakan bahwa meraih financial freedom lewat investasi dividen bukan hanya bisa dilakukan oleh investor besar seperti Lo Kheng Hong, tetapi juga dapat dicapai oleh investor ritel, asalkan sabar, konsisten dan memahami strateginya.

Strategi Raih Cuan dari Dividen

Dia pun menyampaikan beberapa strategi yang dapat dilakukan investor ritel untuk mencapai financial freedom. Pertama, fokus pada saham dengan track record dividen stabil. Rista menjelaskan, langkah pertama untuk mencapai financial freedom lewat dividen adalah membangun portofolio saham yang konsisten memberikan dividen.

Investor disarankan fokus pada emiten dengan rekam jejak pembagian dividen stabil minimal dalam 5–10 tahun terakhir, memiliki dividend payout ratio sehat di kisaran 30–70%, serta pertumbuhan laba yang stabil.

Saham-saham defensif seperti sektor konsumer, perbankan besar, telekomunikasi, dan energi juga layak dipertimbangkan.

Beberapa contoh emiten yang masuk kategori tersebut antara lain PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), dan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR).

Kedua, gunakan strategi dividend reinvestment plan (DRIP). Dia bilang, jangan buru-buru menikmati hasil dividennya. Kalau masih di fase building asset, reinvestasikan kembali dividennya ke saham yang sama atau saham dividen lain.

“Efek compounding-nya luar biasa dalam jangka panjang,” ujarnya.

Ketiga, disiplin menambah modal secara berkala. Rista menekankan pentingnya disiplin dalam menambah modal investasi secara rutin. Menurutnya, kombinasi antara metode dollar cost averaging dan reinvestasi dividen adalah “resep kaya pelan tapi pasti”.

“Lo Kheng Hong juga mulai kecil, tapi dia konsisten. Investor ritel pun bisa mulai dari kecil tapi rutin menambah posisi di saham dividen tiap bulan, atau saat harga sedang undervalue,” katanya.

Keempat, pilih saham berdasarkan dividend yield dan dividend growth. Investor juga perlu selektif memilih saham berdasarkan kombinasi dividend yield dan dividend growth. Dia bilang, jangan hanya lihat yield-nya besar, tapi pastikan dividen dan laba perusahaannya juga tumbuh. Yield ideal berada di kisaran 4–8% yang stabil, dengan pertumbuhan laba setiap tahun. Ia mengingatkan agar investor berhati-hati terhadap saham dengan dividend yield di atas 10%, karena bisa jadi itu disebabkan laba perusahaan yang sedang turun.

“Itu sering kali jadi jebakan,” ujarnya.

Kelima, gunakan target aset dan cashflow. Rumus sederhananya adalah kebutuhan hidup per tahun dibagi rata-rata dividend yield. Jumlah tersebut merupakan total portofolio yang dibutuhkan. Misal seorang investor butuh Rp 120 juta per tahun dan target dividend yield 6%, berarti dia membutuhkan portofolio senilai Rp 2 M.

“Kalau kamu konsisten nabung dan reinvest 10–15 tahun, ini realistis banget,” katanya.

Dia juga mengatakan, ada beberapa hal yang perlu dibutuhkan investor untuk membangun financial freedom selain modal, yakni, mindset investasi jangka panjang yakni 10–20 tahun. Kemudian, ketekunan dan kesabaran. Lalu manajemen risiko, jangan all-in di satu sektor.

Selanjutnya, pendidikan finansial berkelanjutan, terus update pengetahuan pasar dan rencana pajak dividen, di Indonesia ada pajak final 10%, pastikan masuk hitungan cashflow.

Financial freedom dari dividen itu bukan mimpi besar, tapi proses panjang yang realistis kalau disiplin. Kuncinya bukan cuma “berapa besar kamu punya modal”, tapi seberapa konsisten kamu membangun aset produktif yang kasih arus kas,” tutupnya.

Anda telah membaca artikel dengan judul Tips Financial Freedom dari Dividen: Belajar dari Lo Kheng Hong, Butuh Strategi. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung di website Kaweden MYID.