Kaweden MY.ID adalah situs tempat berbagi informasi terkini. Berita dalam negeri kunjungi situs RUANG BACA. Untuk berita luar negeri kunjungi DJOGDJANEWS

Riset: Mengapa Transisi Energi dari Food Estate Bioetanol di Merauke Dipertanyakan Efektivitasnya?

KMI NEWS , Jakarta - Wacana net zero emission pada 2060 lewat produksi bioetanol pada Proyek Strategis Nasional (PSN) food estate Kebun tebu di Merauke, Papua Selatan, hanya merupakan sebuah perpindahan energi yang tampak saja. Sebab, transisi energi tersebut dipercaya tidak akan mengatasi berbagai persoalan mendasar di wilayah tempat proyek itu berada.

Wiko Saputro, peneliti utama untuk proyek Transisi Semu Energi, menyatakan bahwa terdapat 417.783 kepala keluarga di 427 desa di wilayah Merauke yang masih belum mendapatkan layanan listrik. Persentase tersebut setara dengan sekitar 35,4% dari jumlah total hunian di Merauke dan merupakan angka tertinggi tidak tersedianya listrik di antara semua provinsi di Indonesia.

Wiko menyatakan bahwa kurangnya akses ke listrik disebabkan oleh pemikiran pengembangan sektor energi yang mengedepankan aspek pasar dan sentralistik hanya di Pulau Jawa. Sementara itu, desa-desa seperti di Merauke atau Papua Selatan tidak dilihat sebagai sasaran dalam industri energi nasional.

Hubungan atau koneksi antara berbagai pulau serta smart grid Hanya melihat Papua sebatas sumber energi, kebutuhannya yang dasar selalu dilupakan," ujar Wiko pada diskusi Riset Transisi Energi Berkelanjutan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, Senin, 23 Juni 2025.

Lebih jauh, Wiko menilai kehadiran investasi belum berdampak positif terhadap kesejahteraan masyarakat asli Papua. "Apalagi investasi ekstraktif," kata peneliti di Auriga Nusantara itu menambahkan.

Wiko mengatakan bahwa tingkat kemiskinan di Kabupaten Merauke masih cukup tinggi dan bahkan terus bertambah. Di tahun 2022, populasi yang termasuk dalam kategori miskin berjumlah 23,96 ribu orang. Angka ini naik menjadi 24,72 ribu orang pada tahun selanjutnya. Hingga tahun 2024, rasio kemiskinan relatif stabil di kisaran 10% dari keseluruhan penduduk daerah tersebut.

"Jumlah penduduk miskin ini menyebar di sekitar wilayah yang bersinggungan dengan investasi sektor ekstraktif, seperti perkebunan tebu, sawit, hutan tanaman industri atau hutan tanaman energi, dan lainnya," tutur Wiko.

Dalam diskusi, tim riset yang terdiri dari peneliti Auriga, Pusaka, dan Yayasan Masyarakat Kehutanan Lestari itu menjelaskan bahwa angka kemiskinan di Merauke terjadi akibat masyarakat yang terputus dari mata pencarian dan ruang hidupnya sendiri. Sedangkan makanan pokok sagu berganti beras atau ikan berganti mi instan. "Ini sebuah konsep pemiskinan secara struktural di sana."

Dampak berikutnya adalah angka stunting di Merauke yang jauh melebihi batas angka stunting di Indonesia pada 2024. Pemerintah menargetkan angka stunting tidak boleh lebih dari 14 persen pada 2024. Sedangkan di Merauke saja, angka pravelansinya mencapai 24 persen.

"Waktu tertinggal di Papua memang ada, kemiskinan, malnutrisi semuanya disebabkan oleh eksploitasi dan ekstraktivisme guna mendukung peralihan energi," ungkap Wiko.

Tim menegaskan bahwa kerangka kerja energi harus memiliki tiga standar utama: keberlanjutan lingkungan, ketahanan energi, dan aksesibilitas energi. Sedangkan PSN lumbung pangan gula dan bioetanol di Merauke dinilai tidak menjawab kebutuhan penduduk asli Suku Marind di Merauke.

"Wacana ketahanan energi itu tidak menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Tidak berkeadilan karena menghiraukan HAM, gender gap , dan tidak transparan," kata Wiko.

Seperti diketahui, PSN food estate perkebunan tebu yang didukung pembangunan pabrik gula dan bioetanol di Merauke akan mengkonversi lahan seluas lebih dari dua juta hektare. Dari total konversi lahan, sebanyak 427.850 hektare di antaranya merupakan kawasan hutan.

Presiden Joko Widodo Yang memulai kembali projek tersebut setelah berhenti pada awal 2020, menjelang akhir periode kekuasaannya beberapa tahun yang lalu. Sebaliknya dari mendirikan lahan pertanian, Jokowi malahan mendorong pembangunan perkebunan tebu untuk tujuan mandiri dalam produksi gula dan bioetanol. Saat itu, Menteri Investasi Bahlil Lahadalia dipilih menjadi Kepala Satuan Tugas percepatan Mandiri Gula dan Bioetanol.

Anda telah membaca artikel dengan judul Riset: Mengapa Transisi Energi dari Food Estate Bioetanol di Merauke Dipertanyakan Efektivitasnya?. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung di website Kaweden MYID.

Lokasi Kaweden