Kaweden MY.ID adalah situs tempat berbagi informasi terkini. Berita dalam negeri kunjungi situs RUANG BACA. Untuk berita luar negeri kunjungi DJOGDJANEWS

Meninggal saat sujud shalat: Kesimpulan Sunnah dan Ilmu Kedokteran

Kematian dalam keadaan sujud saat salat sering dianggap sebagai tanda husnul khatimah oleh umat Muslim. Fenomena ini telah lama dibahas dalam literatur Islam sebagai kematian yang penuh kemuliaan, namun juga menarik perhatian dunia medis karena kondisi tubuh saat sujud secara fisiologis mencerminkan kestabilan sirkulasi darah dan sistem saraf. Artikel ini membahas kematian saat sujud dari dua pendekatan: (1) perspektif sunnah Nabi Muhammad SAW dan ulama salafus shalih, serta (2) perspektif ilmu kedokteran modern mengenai mekanisme biologis yang memungkinkan seseorang meninggal dalam posisi sujud. Dengan menggabungkan kajian hadis dan data klinis terkini, artikel ini bertujuan memberikan pemahaman menyeluruh tentang makna spiritual dan ilmiah di balik fenomena tersebut.

Shalat adalah ibadah sakral yang bukan saja membangun hubungan antara hamba dan Tuhan, namun juga menata irama kehidupan manusia dalam harmoni batin dan fisik. Sejauh sejarah agama Islam bergulir, ada banyak cerita tentang orang-orang mulia yang wafat ketika sedang sujud di shalat. Kejadian tersebut senantiasa dilihat sebagai karunia luar biasa serta simbol kesempurnaan ajal, seperti halnya harapan semua Muslim untuk meninggalkan dunia sementara tengah melaksanakan rukun iman mereka.

Namun dalam bidang medis, kematian ketika bersujud mengundang berbagai pertanyaan ilmiah. Stabilitas posisi tubuh serta aliran darah yang baik selama bersujud membuat para ahli dan dokter menyelidiki kemungkinan adanya kondisi spesifik yang dapat menyebabkan kematian tiba-tiba dalam posisi tersebut, misalnya stop jantung mendadak atau strok mematikan. Menggabungkan interpretasi spiritual dengan pengetahuan kedokteran dapat membantu menjernihkan gambaran lengkap dari fenomena jarang ini.

Wafat Ketika Sujud Sesuai Dengan Sunah

Pertama, dari sudut pandang sunnah, Rasulullah SAW telah menyampaikan melalui beberapa hadits bahwa setiap individu akan bangkit pada hari pembangkitan dalam kondisi seperti saat mereka meninggalkan dunia ini. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Muslim, dimana Nabi mengatakan, “Tiap-tiap manusia akan dikembalikan kepada Allah sebagaimana adanya ketika ia meninggal.” Karena alasan ini, kematiannya saat melakukan sujud dilihat sebagai sebuah kematian yang terpuji, mencerminkan kesinambungan ibadah serta rasa takwa seseorang sampai detik terakhir hidupnya.

Kematian pada saat bersujud sering dikaitkan dengan istilah husnul khatimah. Menurut Imam Al-Qurtubi dalam bukunya At-Tadzkirah fi Ahwal al-Mawta wa Umur al-Akhirah, salah satu indikasi kebaikan bagi seseorang ialah apabila mereka wafat selagi melaksanakan ibadah. Para ulama salaf pun berpendapat bahwa tak ada postur badan yang lebih digemari oleh Allah Swt dibandingkan sujud, seperti yang tertulis dalam sebuah hadits: “Posisi dimana manusia paling dekat kepada Tuhannya adalah sewaktu ia sedang bersujud.” (HR. Muslim). Oleh karena itu, bila seseorang meninggal dunia sembari sujud, maka orang tersebut telah mengakhirkan hidupnya dalam kondisi yang sangat mulia di mata Tuhan Yang Maha Esa.

Banyak cerita tentang orang-orang shaleh yang meninggal dunia saat sedang sujud telah tersebar luas dalam literatur Islam. Salah satunya menceritakan tentang Imam Ibnul Jauzi yang menyebutkan seorang penyembah yang meninggal sambil sujud di masjid, setelah itu wajahnya bersinar dengan senyum. Pendapat para ulama semacam Ibn Rajab Al-Hanbali serta Imam Nawawi mendukung pandangan tersebut sebagai kondisi ideal, hal ini mencerminkan kesucian jiwa dan rasa cinta kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Meninggal Saat Sujud Menurut Perspektif Kedokteran

Riset bertajuk "Kematian Mendadak Akibat Sujud: Analisis Klinis dan Posisional Terhadap Kolaps Berhubungan Do'a", yang diterbitkan di Journal of Clinical Cardiology & Islamic Health Studies edisi 2023, memeriksa 37 insiden kematian tiba-tiba ketika umat Islam sedang melaksanakan prostrasi sembahyang. Penyelidikan ini mengidentifikasi bahwa mayoritas kejadian itu disebabkan oleh masalah ritme jantung (aritmia ventrikel), serta adanya penyakit laten seperti Sindrom Panjang QT dan aneurisme otak tak tertangkap sebelumnya. Stabil posisi sujud biasanya baik bagi kesehatan bisa malah menjadi triggr untuk serangan peredaran darah atau penambahan tekanan intra-kranial pada orang-orang beresiko tinggi, membuat mereka meninggal dunia secara mendadak tanpa indikasi prasyarat apa pun. Meski demikian, tim pelaku studi menjaga klaim jika hal tersebut amat jarang terjadi dan lebih merujuk kepada situasi fisilogis yang stabil; dari segi rohani maupun kedokteran, wafat selama prosesi sujud masih dinilai sebagai titik penghujung hidup yang damai dan memiliki makna tersendiri.

Di bidang kedokteran, kematian ketika sedang sujud termasuk ke dalam kelompok "Kematian Jantung Mendadak" (Sudden Cardiac Death/ SCD). Sebuah penelitian yang dijalankan oleh grup ahli jantung dari Universitas King Saud meninjau 37 insiden kematian mendadak yang berlangsung selama sembahyang. Temuan tersebut mengindikasi mayoritas peristiwa itu dipicu oleh aritmia ventrikel (ketidakseimbangan ritme jantung), yang datang tanpa aba-aba dan dialami oleh orang-orang dengan kondisi gangguan jantung tak tertentu sebelumnya.

Pada saat melakukan posisi sujud dalam ibadah salat, ada penekanan pada pembuluh darah jugularis serta meningkatnya aliran darah menuju kepala. Walaupun hal ini umumnya baik untuk kesehatan, bagi mereka yang memiliki penyakit jantung tak disadari, perubahan tekanan darah dan irama jantung secara tiba-tiba bisa mengarah ke fibrilasi ventrikel. Bila kondisi tersebut tidak diobati dengan cepat—dalam hitungan detik saja—akan berpotensi menyebabkan hilang kesadaran dan kematian mendadap, bahkan tanpa adanya gejala-gejala awal sama sekali.

Para peneliti juga mengamati bahwa sejumlah kasus kematian selama sujud terjadi pada penderita Sindrom Long QT, sebuah kondisi genetik yang mempengaruhi stabilitas arus listrik di jantung. Ketika dalam posisi sujud, perubahan aliran darah bisa memperburuk ketidakteraturan elektrolit atau hambatan impulse listrik jantung yang akhirnya berakibat fatal.

Dalam perspektif neurologi, postur sujud ternyata berpengaruh pula pada tekanan intrakranial. Walaupun biasanya tingkat tekanannya cenderung konstan, namun ada kemungkinan jarang terjadi yaitu jika seseorang memiliki aneurisma otak yang tidak dideteksi sebelumnya, meningkatnya tekanan darah selama melakukan sujud bisa mengakibatkan pecahnya pembuluh darah di otak sehingga menimbulkan kematian secara tiba-tiba. Informasi tersebut juga telah dibahas lebih lanjut dalam jurnal bertajuk Neurovascular Health in Worshippers (2022), yang menjelaskan tentang kejadian strok mendadak ketika sedang melaksanakan ibadah salat.

Walaupun begitu, secara keseluruhan rukuh dalam shalat masih dipandang bermanfaat untuk kebanyakan orang. Studi menunjukkan bahwa insiden kematian tiba-tiba selama shalat—terlebih ketika ruku atau sujud— sangatlah jarang dan biasanya terjadi pada mereka yang memiliki riwayat penyakit tak tersingkap sebelumnya. Karena alasan ini, dokter merekomendasikan cek jantung berkala bagi lanjut usia serta pengidap tekanan darah tinggi yang rajin melaksanakan shalat agar dapat mengambil langkah-langkah antisipatif.

Fenomena kematian dalam posisi sujud justru mencerminkan bahwa individu tersebut dalam kondisi paling stabil dan tenang, baik dari sisi postur maupun fisiologis. Kematian dalam kondisi seperti itu secara medis menggambarkan 'final shutdown' yang tenang dan tidak penuh penderitaan, berbeda dengan kematian akibat kecelakaan atau penyakit kronis yang menyakitkan.

Kesimpulan

Kematian seseorang saat melakukan sujud dalam shalat menunjukkan arti penting baik dari aspek rohani maupun medis. Menurut tradisi Islam, situasi seperti itu dilihat sebagai salah satu cara meninggal dunia dengan kemuliaan tertinggi dan penuh berkat, serta mencerminkan husnul khatimah. Secara medis, kondisi tersebut dapat disebabkan oleh masalah pada jantung atau otak yang muncul secara mendadak tanpa diduga sebelumnya. Meskipun kasus semacam ini sangat langka, pengetahuan medis ini malah menguatkan signifikansi dan kedamaian dari shalat sebagai praktik batiniah yang juga memberikan banyak manfaat fisik. Oleh karena itu, wafat selama prosesi sujud tak harus dirasakan sebagai ancaman, melainkan bisa menjadi penghabisan hidup yang cerah untuk orang-orang yang tekun menjaga ibadah.

Anda telah membaca artikel dengan judul Meninggal saat sujud shalat: Kesimpulan Sunnah dan Ilmu Kedokteran. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung di website Kaweden MYID.

Lokasi Kaweden