Indonesia Tetap Berjuang
Oleh: Muh Zulhamdi Suhafid
Presiden Mahasiswa UIN Alauddin Makassar Tahun 2025-2026
- Saat ini, terdapat berbagai perdebatan besar yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia akibat kesenjangan karena keputusan pemerintah yang kurang menguntungkan bagi rakyat.
Setelah tujuh puluh sembilan tahun meraih kemerdekaannya, Indonesia terus bersatu melawan pelbagai masalah struktural yang membatasi pertumbuhan negara tersebut.
Pembangunan nasional melalui perjalanan panjang disertai pencapaian-pencapaian signifikan, tetapi juga dihadapkan pada berbagai hambatan yang terus-menerus sulit untuk diselesaikan.
Beberapa aspek negara—mulai dari bidang ekonomi sampai hukum, pendidikan hingga pertahanan—masih memperlihatkan tanda-tanda yang mengundangkan keprihatinan.
Kronisnya permasalahan efisiensi anggaran merupakan tantangan utama bagi masyarakat Indonesia.
Alokasi dana publik kerap tidak tepat sasaran, terjebak dalam proyek-proyek prestisius namun minim manfaat bagi masyarakat luas.
Kerugian anggaran disebabkan oleh perencanaan yang kurang matang, adanya pengulangan dalam program, serta pemantauan yang lemah.
Di sisi lain, bidang-bidang penting seperti kesehatan dan pendidikan belum menerima bagian yang cukup besar.
Ironisnya muncul saat bangunan-bangunan pemerintah menjulang tinggi, sementara sarana dan prasarana publik esensial masih sangat memprihatinkan.
Selain itu, masalah baru hadir ditengah-tengah kita, Revisi UU TNI menjadi isu yang memantik perdebatan.
Diskusi tentang penguatan tugas TNI di bidang non-militer mengundang keprihatinan mungkin terjadi kembali pengaruh militer yang mendominasi dalam kehidupan bernegara.
Trauma sejarah Orde Baru membuat banyak pihak waspada terhadap upaya penguatan institusi militer yang tidak diimbangi dengan mekanisme kontrol sipil yang kuat.
Dwifungsi TNI yang pernah berlaku telah terbukti membuka celah bagi penyalahgunaan kekuasaan dan pelanggaran HAM.
Ini sangat berhubungan dengan Hak Asasi Manusia (HAM). Ketika kita membicarakan HAM, Indonesia tetap menyimpan lukanya yang belum pulih.
Insiden-insiden pelanggaran Hak Asasi Manusia di masa lampau seperti Tragedi 1965, Peristiwa Tanjung Priok, dan Kasus Penembakan Misterius, hingga
Kerusuhan di bulan Mei tahun 1998 masih belum memiliki resolusi yang cukup baik.
Para korban serta famili mereka terus mengharapkan keadilan yang mungkin baru tiba di kemudian hari.
Ketidakmampuan dalam mengakhiri kasus-kasus tersebut membentuk preseden yang tidak baik dan menunjukkan kelemahan komitmennya negara pada pelindungan Hak Asasi Manusia.
Sedihnya, masalah pendidikan di Indonesia tak kalah kompleksnya. Walaupun alokasi dana pendidikan sudah ditetapkan sebanyak 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), mutu pendidikan nasional masih sangat belum memadai.
Perbedaan kondisi antara sekolah di daerah urban dengan pedesaan, perubahan kurikulum yang kerap terjadi tanpa penilaian menyeluruh, kelayakan guru yang masihkurang, serta distribusi fasilitas pendidikan yang tak seimbang menjadi hambatan utama.
Pendidikan yang idealnya membuka peluang lepas dari kemiskinan malah mencerminkan ketidakseimbangan sosial.
Ketidakseimbangan sosial ini adalah suatu kenyataan pedas yang perlu dihadapi oleh bangsa Indonesia.
Perbedaan ekonomi di antara orang-orang kaya dan miskin semakin membesar, menciptakan dua Indonesia yang tinggal bersebelahan tetapi dipisahkan oleh jurang lebar yang membentang.
Konsetrasi kekayaan pada sekelompok elit ekonomi berbanding terbalik dengan kemiskinan yang masih menjerat jutaan penduduk.
Kesesuaian dengan pelayanan dasar, kemungkinan mendapatkan pekerjaan, serta jalan menuju perkembangan lebih lanjut masih tersebar secara timpang.
Tak kalah heboh di negeri ini, masalah korupsi masih menjadi kanker yang menggerogoti tubuh bangsa.
Walaupun sudah ada usaha untuk menghilangkan kecurangan, praktik yang tidak jujur ini tetap saja berkembang di beragam tingkatan pemerintah.
Dari skandal Pertamina, PT. Antam, Timah, serta berbagai kasus suap lainnya sudah menjadi budaya yang susah untuk dihilangkan.
Lebih memprihatinkan lagi, usaha terstruktur untuk menumpulkan lembaga pemberantas korupsi malah berasal dari orang-orang yang semestinya mensupport penegakan hukum terhadap praktek-praktek terlarang tersebut.
Sebaliknya, proses perundangan yang timpang menambah deretan masalah yang dihadapi Indonesia.
Ketimpangan dalam penegakan hukum antara kalangan berkuasa dengan rakyat biasa serta di antara mereka yang kaya dan miskin tetap menjadi fenomena yang sering terlihat.
Peribahasa lancip di bawah dan tumpul di atas bukan hanya sebuah ungkapan, melainkan suatu kenyataan yang dialami oleh publik.
Tingginya ketidakyakinan masyarakat terhadap sistem peradilan kian bertambah karena beberapa kasus yang mengindikasikan adanya bias menuju pihak berkuasa serta orang-orang yang memiliki kekayaan.
Indonesia memang sedang menghadapi tantangan. Tetap saja, mengetahui masalahnya dengan baik merupakan tahap pertama menuju pemulihan.
Pengakuan tulus mengenai masalah yang ada, kesiapan untuk mengevaluasi diri, serta berani menerapkan perbaikan menyeluruh menjadi syarat utama agar Indonesia dapat mencapai masa depan yang lebih baik.
Tanpa hal tersebut, Indonesia mungkin terjebak dalam siklus masalah yang tak ada habisnya dan tidak mencapai kemajuan sebenarnya.
pulih dari sakitnya.
Indonesia masih terluka, sebab baik pemerintah maupun perwakilan rakyatnya turut mengalami ketidaksehatan dalam menjalankan sistem negaranya.
Mengingat situasi negara yang belum menentu, perbaikan seharusnya dipercepat demi kesejahteraan masyarakat.
Namun, kebutuhan pribadi dan kelompok telah membentuk sebuah sejarah tidak baik di era saat ini bagi suatu bangsa.
Masyarakat kesal, arus protes pelajar akan tetap berlanjut dan dimaksimalkan.
Pesan terakhir untuk para pemimpin negara dan wakil rakyat yang tengah menghadapi kesulitan: "Vox Populi Vox Dei" atau dengan kata lain suara penduduk adalah suara sang Yang Maha Kuasa. (*)
Anda telah membaca artikel dengan judul Indonesia Tetap Berjuang. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung di website Kaweden MYID.
Gabung dalam percakapan