Kaweden MY.ID adalah situs tempat berbagi informasi terkini. Berita dalam negeri kunjungi situs RUANG BACA. Untuk berita luar negeri kunjungi DJOGDJANEWS

Orang Suka Matikan Kamera Zoom? Mungkin Punya 7 Karakteristik Ini Menurut Psikologi

Kaweden MYID Sejak pandemi COVID-19, rapat virtual menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan profesional. Zoom, Google Meet, dan platform sejenis telah menggantikan ruang rapat fisik.

Akan tetapi, sebuah fenomena unik teramati: beberapa individu kerap kali memadamkan kameranya ketika sedang menghadiri pertemuan daring.

Walaupun kelihatannya remeh, psikologi menginformasikan kepada kita bahwa kebiasaan ini mungkin menandakan lebih dari sekedar pilihan teknis atau batasan alat saja.

Menurut laporan dari Geediting pada hari Sabtu (3/5), ada tujuh karakteristik perilaku atau ciri-ciri psikologis yang umumnya berhubungan dengan kebiasaan menonaktifkan kamera saat menghadiri pertemuan daring.

1. Cenderung Untuk Hindar dari Penilaian Sosial (Avoiding Social Assessment)

Seseorang yang mematikan kamera secara konsisten bisa jadi memiliki ketakutan akan dinilai secara negatif oleh orang lain.

Di bidang psikologi, hal tersebut disebut kecemasan evaluasi sosial. Orang-orang khawatir bahwa ekspresi wajah, tampilan fisik, ataupun aspek latar belakang keluarga mereka dapat memicu penilaian negatif dari orang lain.

Dengan menonaktifkan kamera, mereka berharap dapat mengelak dari tekanan sosial dan menjaga jarak emosi.

Studi mengindikasikan bahwa orang yang memiliki derajat kekhawatiran sosial yang tinggi condong menggunakan cara berkomunikasi tanpa unsur visual saat berinteraksi secara online.

2. Kurangnya Partisipasi Emosional (Emotional Disconnection)

Menonaktifkan kamera mungkin menunjukkan bahwa individu tersebut kurang total berpartisipasi dalam pertemuan video.

Mereka mungkin hadir secara fisik, tetapi secara emosional dan kognitif sedang berada di tempat lain.

Hal ini mungkin dikarenakan minimnya ketertarikan, kehabisan semangat akibat pekerjaan yang berlebihan, atau perasaan jika usaha mereka tak bernilai.

Psikolog mendefinisikan hal ini sebagai "penyederhanaan coping"—strategi untuk mengatasi beban atau tekanan dengan jalan mundur secara psikis.

3. Keperluan Ruang Pribadi yang Besar

Sebagian orang sangat menekankan pada pembatasan antara dunia kerja dan kehidupan personal mereka.

Menunjukkan ruang pribadi melalui kamera mungkin dirasakan sebagai sesuatu yang sangat mengganggu oleh beberapa orang.

Mereka merasa lebih baik dalam memelihara privasi mereka, meskipun ada tekanan dari kebudayaan pekerjaan jarak jauh yang mengutamakan kesopanan dan transparansi.

Pada teori lima faktor kepribadian, orang yang memiliki nilai tinggi dalam aspek "introvert" dan "neurotik" lebih mungkin memelihara kehidupan pribadi mereka secara hati-hati.

4. Kebosanan Akibat Zoom (Zoom Burnout)

Lelah karena menghadiri pertemuan virtual yang terus-menerus sudah menjadi hal umum belakangan ini.

Melihat muka sendiri serta wajah orang lain tanpa henti dapat membuat otak lelah.

Sebagian orang menonaktifkan kamera demi mengurangi stimulasi visual agar bisa merasakan ketenangan yang lebih besar.

Menurut Stanford Virtual Human Interaction Lab, keterlibatan visual yang intens dalam rapat video dapat menyebabkan stres yang lebih besar dibandingkan pertemuan langsung.

5. Kekurangan Kesadaran Bertanggung jawab Secara Sosial

Untuk beberapa orang, menonaktifkan kamera bisa diartikan sebagai ketidakpedulian terhadap dinamika sosial dalam pertemuan tersebut.

Mereka tak menganggap penting untuk memperlihatkan ketersediaan mereka secara fisik atau menyampaikan tanda-tanda non-verbal seperti nodding kepala, tersenyum, atau ungkapan minat.

Psikolog mengatakan hal ini sebagai "deindividuasi," yang berarti cenderung bersikap lebih pasif atau enggan bertanggung jawab ketika perasaan diri sendiri seolah tak kelihatan atau diabaikan.

6. Multitasking dan Distraksi

Tak dapat disangkal, banyak individu yang menggunakan pertemuan online sebagai kesempatan untuk melakukan berbagai tugas lain seperti merespons surel, mempersiapkan hidangan, atau malah sekadar mengistirahatkan diri.

Dengan menonaktifkan kamera, mereka dapat melaksanakan berbagai tindakan itu tanpa sepengetahuan orang lain yang ikut serta.

Menurut perspektif psikologi kognitif, hal tersebut merupakan contoh "pemuatan kognitif", yaitu proses di mana individu mengurangi bebannya secara mental dengan mengejar tugas lain yang dipandang lebih penting atau menyenangkan.

7. Rendahnya kepemilikan dan keterkaitan tim (Low Team Identification)

Jika seseorang merasa bukan merupakan elemen yang esensial dalam sebuah tim ataupun lingkungan pekerjaan, maka kecenderungan untuk bersikap pasif akan meningkat.

Menonaktifkan kamera merupakan bentuk visual dari ketidaktergantungan tersebut.

Mereka tak mengalami ikatan baik emosional maupun sosial terhadap dinamika grup tersebut.

Menurut teori identitas sosial, apabila individu tersebut tidak merasa menjadi bagian dari suatu grup, maka mereka cenderung menampilkan partisipasi yang kurang, bahkan dalam hal ekspresi visual.

Apakah Menonaktifkan Kamera Selalu Merugikan?

Belum tentu saja. Terdapat berbagai elemen lain dengan sifat teknis maupun situasional yang bisa mempengaruhi hasilnya, misalnya koneksi internet yang tidak menetap, kerusakan pada alat pemotretan, ataupun suasana di dalam hunian yang kurang mendukung.

Akan tetapi, bila kebiasaan tersebut berlanjutan tanpa ada alasannya, mungkin saja hal itu mengindikasikan suatu kondisi mental tertentu yang perlu diwaspadai, tidak hanya oleh pribadi tersebut namun juga oleh lingkungan kerja tempat dia bertugas.

Penutup

Menghidupkan atau mematikan kamera saat pertemuan virtual tak boleh dianggap hanya sebagai tindakan netral.

Ini dapat menggambarkan rentang perilaku psikologis yang beragam mulai dari rasa lelah, ketakutan, sampai kesepian sosial.

Sebagai kolega kerja, supervisor proyek, atau ahli di bidangnya, mengenali sumber dari tingkah laku tersebut dapat mendukung penciptaan suasana kerja yang lebih beragam, sehat, serta efisien, entah itu dalam format daring ataupun langsung bertatap muka.

***

Anda telah membaca artikel dengan judul Orang Suka Matikan Kamera Zoom? Mungkin Punya 7 Karakteristik Ini Menurut Psikologi. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung di website Kaweden MYID.

Lokasi Kaweden