PENGANTAR
Ketika Belanda mengirim bala tentaranya ke Indonesia di tahun 1945-1949, tidak sedikit di antara mereka yang baru pertama kali datang ke Indonesia. Kejutan budaya pun tak terhindarkan, seperti yang direkam oleh beberapa gambar di bawah ini. Gambar-gambar ini menangkap sudut pandang Belanda atas sisi kocak dari perang di Indonesia.
|
(klik untuk memperbesar | © AVS) |
Musuh Belanda selain TNI adalah nyamuk. Sulit dikalahkan meskipun Belanda sudah mengerahkan bermacam senjata seperti semprotan dan sapu lidi.
|
(klik untuk memperbesar | © AVS) |
Selamat datang di negeri yang ukurannya serba lebih kecil. Awas ... kalau naik becak, naik delman bakal kejeduk. Jadi hiburan buat kuda.
|
(klik untuk memperbesar | © AVS) |
Dulu sebelum lelaki Indonesia datang ke Belanda untuk melihat wanita bule berpakaian minim, yang terjadi adalah sebaliknya: lelaki Belanda datang ke Indonesia untuk melihat aurat perempuan Nusantara. Kalau dia tentara, dia punya dalih: "tugas pengintaian".
|
(klik untuk memperbesar | © AVS) |
Akhirnya tentara Belanda menyimpulkan bahwa memelihara monyet jauh lebih ampuh dalam menghadapi kutu rambut daripada DDT.
|
(klik untuk memperbesar | © AVS) |
Tentara Belanda mendapati bahwa dengan menyuruh bocah Indonesia mereka bisa hidup laksana seorang sultan.
|
(klik untuk memperbesar | © AVS) |
Pasukan Belanda masih harus belajar bahwa memukul kentongan itu membangunkan seiisi kampung.
|
(klik untuk memperbesar | © AVS) |
Tentara Belanda harus membiasakan diri merayakan Natal dan Tahun Baru dengan makan sate, bukan minum anggur.
Waktu: semasa perang kemerdekaan
Tempat:
Tokoh:
Peristiwa:
Penggambar: S. van Basel (#1-2), Johnny Rider (#3-6)
Sumber / Hak cipta:
Atlas Van StolkCatatan:
Gabung dalam percakapan