Dampak Buruk Perilaku Bullying: Luka Jangka Panjang Bagi Korban, Pelaku, dan Lingkungan

DEMAK BICARA - Perilaku perundungan atau bullying adalah masalah sosial serius yang melampaui sekadar kenakalan remaja. Tindakan agresif yang berulang dan bertujuan menyakiti ini meninggalkan luka mendalam yang bersifat jangka panjang pada psikologis dan fisik korbannya.
Perundungan dapat terjadi dalam berbagai bentuk mulai dari fisik, verbal, relasional, hingga siber dan semuanya memiliki konsekuensi destruktif yang harus segera ditangani dan dicegah secara kolektif oleh sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Menyadari bahaya bullying merupakan langkah awal untuk menciptakan lingkungan yang aman dan suportif. Dampak negatif dari perundungan tidak hanya dirasakan oleh individu yang menjadi korban, tetapi juga mempengaruhi pelaku, bahkan saksi yang melihat kejadian tersebut (bystanders).
Lingkungan sekolah atau komunitas yang didominasi oleh perundungan akan kehilangan suasana kondusif, memicu rasa takut, dan menghambat potensi terbaik setiap individu untuk berkembang secara optimal.
Oleh karena itu, penting sekali untuk memahami secara komprehensif spektrum dampak buruk yang ditimbulkan oleh perilaku bullying. Pemahaman ini menjadi dasar penting bagi setiap pihak yang terlibat baik sebagai orang tua, guru, maupun pembuat kebijakan untuk merumuskan intervensi yang tepat dan efektif, guna memutus rantai kekerasan dan memastikan kesejahteraan mental dan emosional generasi muda.
Mencegah Anak Jadi Pelaku Bullying: Peran Penting Rumah sebagai Benteng Awal
Panduan Membentuk Sekolah Zero Bullying, Strategi, Program, dan Implementasi Nyata
Dampak Buruk Bullying pada Korban (Victim)
Korban perundungan menanggung beban dampak yang paling parah, seringkali mempengaruhi seluruh aspek kehidupan mereka, bahkan hingga dewasa.
1. Kesehatan Mental dan Emosional
-Depresi dan Kecemasan Tinggi: Korban cenderung mengalami gejala depresi, seperti kehilangan minat pada aktivitas, gangguan tidur, dan perasaan putus asa. Kecemasan sosial (takut berinteraksi) juga meningkat drastis.
-Gangguan Stres Pasca-Trauma (PTSD): Peristiwa perundungan yang parah dapat memicu PTSD, membuat korban terus-menerus mengalami flashback atau nightmare terkait trauma tersebut.
-Rendah Diri dan Isolasi Sosial: Perlakuan negatif yang berulang merusak harga diri. Korban cenderung mengisolasi diri, menarik diri dari pergaulan, dan kesulitan membangun hubungan interpersonal yang sehat.
-Pikiran untuk Bunuh Diri atau Melukai Diri Sendiri: Dalam kasus ekstrim, rasa putus asa, rasa sakit yang tidak tertahankan, dan perasaan tidak berdaya dapat mendorong korban untuk mencoba bunuh diri (suicidal ideation) atau melakukan self-harm.
2. Kesehatan Fisik
-Gangguan Psikosomatik: Stres dan kecemasan akibat bullying dapat bermanifestasi sebagai keluhan fisik tanpa penyebab medis yang jelas (psikosomatik), seperti sakit kepala, sakit perut kronis, dan insomnia.
-Cidera Fisik: Khususnya pada bullying fisik, korban bisa mengalami memar, luka, bahkan cedera serius yang memerlukan perawatan medis.
3. Kinerja Akademik
-Penurunan Prestasi Belajar: Korban sering kesulitan berkonsentrasi di sekolah karena terus-menerus merasa takut atau cemas. Hal ini berdampak langsung pada penurunan nilai akademik.
-Bolos Sekolah (School Absenteeism): Untuk menghindari pelaku, korban sering memilih untuk bolos atau menolak pergi ke sekolah (school refusal).
Dampak Buruk Bullying pada Pelaku (Bully)
Meskipun pelaku tampak "berkuasa," perilaku bullying adalah indikator adanya masalah mendasar yang jika dibiarkan akan merusak masa depan mereka.
-Peningkatan Perilaku Berisiko: Pelaku bullying memiliki risiko lebih tinggi untuk terlibat dalam perilaku anti-sosial lainnya, seperti penyalahgunaan narkoba, vandalisme, dan perkelahian serius.
-Masalah Hukum di Masa Depan: Perilaku agresif yang tidak terkontrol dapat berlanjut hingga dewasa, meningkatkan peluang mereka untuk terlibat dalam kriminalitas dan berurusan dengan penegak hukum.
-Kesulitan Mempertahankan Hubungan: Pelaku seringkali kesulitan membentuk dan mempertahankan hubungan pertemanan, kemitraan, atau profesional yang sehat karena cenderung menggunakan kekuasaan, kontrol, dan agresi dalam interaksi.
-Kurangnya Empati: Perilaku bullying mengindikasikan kurangnya empati. Jika tidak diintervensi, mereka mungkin kesulitan menyesuaikan diri dengan norma sosial yang membutuhkan kerjasama dan penghargaan terhadap orang lain.
Dampak Buruk pada Saksi (Bystander) dan Lingkungan
Bullying menciptakan lingkungan beracun yang mempengaruhi semua orang yang menyaksikan atau berada di dalamnya.
-Rasa Bersalah dan Ketidakberdayaan: Saksi (bystanders) sering merasa bersalah karena tidak melakukan intervensi, atau sebaliknya, merasa tidak berdaya dan takut menjadi target berikutnya.
-Peningkatan Toleransi terhadap Kekerasan: Jika perundungan sering terjadi dan tidak ada intervensi dari otoritas, saksi akan mulai melihat kekerasan sebagai perilaku yang "normal" atau "tidak terhindarkan."
-Lingkungan Sekolah yang Tidak Aman: Perundungan menurunkan moral siswa dan staf, menciptakan ketidakpercayaan terhadap sistem keamanan sekolah, dan menghambat proses belajar-mengajar secara keseluruhan.
Dampak buruk bullying adalah isu yang multidimensi. Menghentikan bullying bukan hanya tugas korban, tetapi tanggung jawab kolektif. Intervensi dini, edukasi empati, dan penciptaan kebijakan anti-perundungan yang ketat dan konsisten adalah langkah vital untuk memutus siklus kekerasan ini.***
Anda telah membaca artikel dengan judul Dampak Buruk Perilaku Bullying: Luka Jangka Panjang Bagi Korban, Pelaku, dan Lingkungan. Semoga bermanfaat dan terima kasih sudah berkunjung di website Kaweden MYID.
Gabung dalam percakapan