Anakku Melihat Hantu
Aku dan Istriku bukanlah orang yang special, kita hanyalah pasangan suami istri biasa dan tentunya manusia biasa. Namun kisah hidup kita berubah setelah kedatangan seorang anak, ya dia adalah anak kita. Setelah lama menikah akhirnya aku memiliki anak, anak laki-laki yang lucu dan ganteng seperti ayahnya. Sama seperti kebanyakkan pasangan suami istri ketika mendapatkan anak yaitu bahagia, kita sangat bahagia saat itu. Anak itu kita beri nama Yudi Ariwibowo, kita sering memanggilnya Yudi.
Yudi berkembang normal seperti layaknya anak-anak lainnya, namun semuanya berubah ketika dia menginjak umur 8 tahun. Yudi yang biasanya tertawa dan aktif dengan kami dan temannya kini dia terlihat asik tertawa dan aktif bermain dengan dirinya sendiri, kita awalnya biasa saja karena bukankah sudah biasa anak umur segitu bermain dengan dirinya sendiri (mainan). Tapi kita akhirnya mulai curiga ada sesuatu yang aneh dengan anak kita.
Suatu pagi, pukul 5 pagi, aku berniat untuk shalat subuh dan mengajak anakku untuk shalat. Ya, aku ingin anakku menjadi anak yang shaleh. Saat aku datang ke kamarnya, betapa kagetnya aku melihat dia ternyata sudah terbangun dari tidurnya dan sudah asik bermain dengan mainannya sembari tertawa lepas dan seperti sedang berinteraksi dengan seseorang. “yud, shalat yuk” ajak ku kepada Yudi, kemudian dia berbalik dan menatapku kemudian dia tersenyum sambal bilang “ntar aja yah”. Pikirku biasa saja karna maklum umur segitu masih sulit diajak untuk shalat, kemudian aku mengangguk, karena ingin mengajarkan shalat kepada Yudi maka aku sengaja untuk shalat di kamarnya. “ayah shalat disini ya yud” kemudian dia mengangguk, aku shalat dengan khidmat tapi sesekali aku mendengar dia seperti sedang berbicara dengan seseorang. Setelah selesai shalat, aku langsung membereskan alat-alat shalat dan datang ke Yudi. “daritadi ayah shalat denger kamu ngobrol, tapi kamu ngobrol sama siapa nak?”, kemudian dia menjawab “temen aku yah”, “temen kamu? Wah kenalin ayah juga dong” ajakku untuk mengetahui siapa yang dia ajak ngobrol, tetapi dia menjawab “tapi dia takut sama ayah”. Karena merasa kaget dengan jawaban itu maka aku bertanya sembari membela diri “kenapa takut? Ayah kan baik”, dan jawaban yang membuatku bingung sekaligus cemas karena dia menjawab “katanya ayah rajin banget buat shalat sama ngaji, dia takut kalau ayah serajin itu”. Saat mendengar jawaban itu aku langsung heran dan sedikit agak takut, karena tidak mau berkelanjutan maka aku langsung mengusap rambut anakku dan menyuruhnya untuk bersiap-siap berangkat sekolah walaupun jam masuk sekolahnya masih sangat lama.
Ketika aku kembali ke kamarku dan menceritakan apa yang baru saja terjadi kepada istriku, dia juga mulai heran. Tak lama kemudian sekitar pukul 6 pagi, Yudi berteriak menyebut namaku sambal diikuti permintaan tolong. Suaranya yang nyaring dan cempreng membuatku dan istriku langsung buru-buru ke kamarnya, saat aku buka pintu kamarnya dan melihat bahwa Yudi seperti sedang berlindung dibalik selimutnya sambal terus teriak seperti ketakutan. “Kamu kenapa nak?” tanya istriku, lalu aku langsung membaca beberapa ayat suci Al-Quran dengan maksud apabila memang makhluk ghaib yang mengganggu dapat terusir, lalu Yudi menjawab pertanyaan ibunya dengan menunjuk kearah salah satu sudut kamarnya yaitu lemari baju dari kayu yang sangat besar. Aku yang penasaran kemudian menuju lemari tersebut dan membuka 2 pintu lemari tersebut sambal terus membaca ayat suci Al-Quran, namun tidak ada apa-apa disana. Kemudian Yudi terlihat sangat cemas dan ketakutan hingga tidak ingin melepas pelukan sang ibu. Aku menghampirinya dan mengelus kepalanya sambil bertanya “nak, kamu kenapa?” lalu dia menjawab “aku kira dia baik ternyata dia jahat”sambil menangis. Aku mulai menyambungkan semua kejadian, beberapa lama ini dia terus asik bermain dengan dirinya sendiri dan mainannya dan seperti mengobrol dengan seseorang. Dia awalnya terlihat sangat asik dan enjoy hingga hari ini dia seperti ketakutan, aku pikir mungkin makhluk ghaib itu melihatkan wujud aslinya hingga Yudi menjadi ketakutan. Karena tidak ingin apa-apa terjadi maka aku menyuruh istriku untuk menggendong Yudi dan membawanya ke kamar kita untuk menenangkan Yudi.
Menyalakan televise sambil menonton acara murajaah dari channel berlangganan dengan maksud agar ayat-ayat suci al-quran yang dibaca oleh pemandu acara tersebut dapat ikut menenangkan Yudi. Tak hanya sambil menonton, akupun ikut membaca ayat-ayat suci Al-Quran yang sama dengan yang di TV hingga tak lama Yudi terlihat lebih tenang dan terlelap dipelukan sang ibu. Seharusnya Yudi bersekolah hari ini, tapi aku pikir dia bisa istirahat dahulu hari ini apalagi keadaan Yudi sedikit agak panas. Aku menelepon gurunya dan memberitahu apa yang terjadi dan mengijinkan Yudi untuk tidak bersekolah.
Pukul 7 pagi aku berangkat kerja, aku mencium kening istriku dan berkata kepada istriku “bu, nanti kalau ada apa-apa bilang ke ayah dan langsung baca ayat suci Al-Quran dan minta perlindungan kepadaNya” dan istriku mengangguk. Sepanjang perjalanan aku berangkat kerja rasanya aku dihantui rasa takut terjadi apa-apa pada anak dan istriku di rumah, sulit rasanya menghilangkan rasa takut itu hingga aku tidak cukup focus menyetir mobil sehingga menabrak seorang pengendara motor. “Astaghfirullah, innalillahi” teriakku karena kaget menabrak seorang pengendara motor, aku langsung mematikan mesin mobil lalu turun dari mobil dan mengunci mobil lalu menghampiri pengendara tersebut. “Duh mas, maaf banget mas” permintaan maafku kepada pengendara tersebut, namun aku kaget karena dia menjawab “gak apa pak, salah saya sendiri gak focus ngendarain motor jadi jalan pelan di jalur cepet”, lalu aku memastikan keadaan dia “mas gak apa? Apa perlu saya bawa ke rumah sakit untuk diobati?”, lagi-lagi aku terkejut ketika menjawab “tidak usah pak, cuman lecet-lecet biasa aja. Saya langsung pergi aja pak ada hal lebih penting daripada ini” lalu dia pergi begitu saja meninggalkan aku yang terheran dengan kejadian tersebut. (Kringg, kringg, kringg. Tanda adanya telepon masuk di hp) istriku ternyata menelponku, “Ya, halo bu? Ada apa?”, “yah cepettan pulang!!” jawab istriku dan tiba-tiba telepon terputus. Aku yang kaget dengan telepon istriku tersebut langsung menancapkan gas dan berputar arah di persimpangan terdekat, aku sangat cemas saat itu tidak terbayangkan apa yang sedang terjadi di rumah.
“Bu!!!!” teriakku sambil berlari kearah pintu rumah lalu menggedor-gedor pintu. “bu!!!!” teriakku semakin kencang, tidak ada yang menjawab, lalu aku ke garasi dan mencoba masuk lewat pintu disana dengan kunci yang kupegang dan akhirnya bisa terbuka. Aku langsung ke kamarku dan kaget melihat istriku sudah pingsan dan anakku yang menjerit ketakutan, aku langsung membaca ayat Kursi dan Yaasin dengan maksud apabila ghaib yang mengganggu akan segera hilang. Entah memang nyata atau tidak, aku merasakan bahwa ada kehadiran sesosok makhluk ghaib yang memegangku, dia seperti meraba bagian pundakku dengan halus dan rasanya sangat dingin hingga membuat semua bulu kudukku merinding tetapi aku tetap tidak takut. Aku lantangkan suaraku agar makhluk tersebut hilang, cukup lama rasanya namun akhirnya semua kembali normal.
Aku peluk Yudi untuk menenangkannya, setelah dia tenang aku langsung mengajaknya untuk menyadarkan istriku. Kita bersama berusaha membangunkan istriku, saat istriku sudah terbangun dia secara langsung menceritakan apa yang terjadi. Saat dia ingin memasak untuk Yudi, tiba-tiba yudi berteriak di kamar kemudian dia datang ke kamar hingga dia benar-benar kaget melihat sesosok hitam besar nan menakutkan berada di depan Yudi. Dia segera membaca ayat suci Al-Quran namun rupanya makhluk ghaib tersebut malah ‘menggila’ sehingga dia menelponku dan telepon terputus karena hp istriku terjatuh karena dia pingsan. Dia menceritakan sosok makhluk ghaib itu berawakan tinggi dan besar berwarna hitam, hitamnya sangat pekat, pakaiannya pun seperti jubah yang bahkan panjangnya hingga menembus lantai dan karena saking tingginya membuat kepalanya tidak terlihat alias melewati atap rumah kita. Saat mendengarkan penjelasan istriku, aku melihat Yudi berkeringat sangat banyak dan lebih panas daripada tadi pagi sehingga aku langsung membawanya ke dokter.
Setelah kejadian tersebut maka aku berinisiatif untuk mengadakan pengajian rutin di rumah, dan mengajak istri dan anakku untuk terus mendirikan shalat dan mengaji serta menjaga kebersihan rumah dengan tujuan menciptakan hawa positif dan mengusir hawa negative.
Yudi berkembang normal seperti layaknya anak-anak lainnya, namun semuanya berubah ketika dia menginjak umur 8 tahun. Yudi yang biasanya tertawa dan aktif dengan kami dan temannya kini dia terlihat asik tertawa dan aktif bermain dengan dirinya sendiri, kita awalnya biasa saja karena bukankah sudah biasa anak umur segitu bermain dengan dirinya sendiri (mainan). Tapi kita akhirnya mulai curiga ada sesuatu yang aneh dengan anak kita.
Suatu pagi, pukul 5 pagi, aku berniat untuk shalat subuh dan mengajak anakku untuk shalat. Ya, aku ingin anakku menjadi anak yang shaleh. Saat aku datang ke kamarnya, betapa kagetnya aku melihat dia ternyata sudah terbangun dari tidurnya dan sudah asik bermain dengan mainannya sembari tertawa lepas dan seperti sedang berinteraksi dengan seseorang. “yud, shalat yuk” ajak ku kepada Yudi, kemudian dia berbalik dan menatapku kemudian dia tersenyum sambal bilang “ntar aja yah”. Pikirku biasa saja karna maklum umur segitu masih sulit diajak untuk shalat, kemudian aku mengangguk, karena ingin mengajarkan shalat kepada Yudi maka aku sengaja untuk shalat di kamarnya. “ayah shalat disini ya yud” kemudian dia mengangguk, aku shalat dengan khidmat tapi sesekali aku mendengar dia seperti sedang berbicara dengan seseorang. Setelah selesai shalat, aku langsung membereskan alat-alat shalat dan datang ke Yudi. “daritadi ayah shalat denger kamu ngobrol, tapi kamu ngobrol sama siapa nak?”, kemudian dia menjawab “temen aku yah”, “temen kamu? Wah kenalin ayah juga dong” ajakku untuk mengetahui siapa yang dia ajak ngobrol, tetapi dia menjawab “tapi dia takut sama ayah”. Karena merasa kaget dengan jawaban itu maka aku bertanya sembari membela diri “kenapa takut? Ayah kan baik”, dan jawaban yang membuatku bingung sekaligus cemas karena dia menjawab “katanya ayah rajin banget buat shalat sama ngaji, dia takut kalau ayah serajin itu”. Saat mendengar jawaban itu aku langsung heran dan sedikit agak takut, karena tidak mau berkelanjutan maka aku langsung mengusap rambut anakku dan menyuruhnya untuk bersiap-siap berangkat sekolah walaupun jam masuk sekolahnya masih sangat lama.
Ketika aku kembali ke kamarku dan menceritakan apa yang baru saja terjadi kepada istriku, dia juga mulai heran. Tak lama kemudian sekitar pukul 6 pagi, Yudi berteriak menyebut namaku sambal diikuti permintaan tolong. Suaranya yang nyaring dan cempreng membuatku dan istriku langsung buru-buru ke kamarnya, saat aku buka pintu kamarnya dan melihat bahwa Yudi seperti sedang berlindung dibalik selimutnya sambal terus teriak seperti ketakutan. “Kamu kenapa nak?” tanya istriku, lalu aku langsung membaca beberapa ayat suci Al-Quran dengan maksud apabila memang makhluk ghaib yang mengganggu dapat terusir, lalu Yudi menjawab pertanyaan ibunya dengan menunjuk kearah salah satu sudut kamarnya yaitu lemari baju dari kayu yang sangat besar. Aku yang penasaran kemudian menuju lemari tersebut dan membuka 2 pintu lemari tersebut sambal terus membaca ayat suci Al-Quran, namun tidak ada apa-apa disana. Kemudian Yudi terlihat sangat cemas dan ketakutan hingga tidak ingin melepas pelukan sang ibu. Aku menghampirinya dan mengelus kepalanya sambil bertanya “nak, kamu kenapa?” lalu dia menjawab “aku kira dia baik ternyata dia jahat”sambil menangis. Aku mulai menyambungkan semua kejadian, beberapa lama ini dia terus asik bermain dengan dirinya sendiri dan mainannya dan seperti mengobrol dengan seseorang. Dia awalnya terlihat sangat asik dan enjoy hingga hari ini dia seperti ketakutan, aku pikir mungkin makhluk ghaib itu melihatkan wujud aslinya hingga Yudi menjadi ketakutan. Karena tidak ingin apa-apa terjadi maka aku menyuruh istriku untuk menggendong Yudi dan membawanya ke kamar kita untuk menenangkan Yudi.
Menyalakan televise sambil menonton acara murajaah dari channel berlangganan dengan maksud agar ayat-ayat suci al-quran yang dibaca oleh pemandu acara tersebut dapat ikut menenangkan Yudi. Tak hanya sambil menonton, akupun ikut membaca ayat-ayat suci Al-Quran yang sama dengan yang di TV hingga tak lama Yudi terlihat lebih tenang dan terlelap dipelukan sang ibu. Seharusnya Yudi bersekolah hari ini, tapi aku pikir dia bisa istirahat dahulu hari ini apalagi keadaan Yudi sedikit agak panas. Aku menelepon gurunya dan memberitahu apa yang terjadi dan mengijinkan Yudi untuk tidak bersekolah.
Pukul 7 pagi aku berangkat kerja, aku mencium kening istriku dan berkata kepada istriku “bu, nanti kalau ada apa-apa bilang ke ayah dan langsung baca ayat suci Al-Quran dan minta perlindungan kepadaNya” dan istriku mengangguk. Sepanjang perjalanan aku berangkat kerja rasanya aku dihantui rasa takut terjadi apa-apa pada anak dan istriku di rumah, sulit rasanya menghilangkan rasa takut itu hingga aku tidak cukup focus menyetir mobil sehingga menabrak seorang pengendara motor. “Astaghfirullah, innalillahi” teriakku karena kaget menabrak seorang pengendara motor, aku langsung mematikan mesin mobil lalu turun dari mobil dan mengunci mobil lalu menghampiri pengendara tersebut. “Duh mas, maaf banget mas” permintaan maafku kepada pengendara tersebut, namun aku kaget karena dia menjawab “gak apa pak, salah saya sendiri gak focus ngendarain motor jadi jalan pelan di jalur cepet”, lalu aku memastikan keadaan dia “mas gak apa? Apa perlu saya bawa ke rumah sakit untuk diobati?”, lagi-lagi aku terkejut ketika menjawab “tidak usah pak, cuman lecet-lecet biasa aja. Saya langsung pergi aja pak ada hal lebih penting daripada ini” lalu dia pergi begitu saja meninggalkan aku yang terheran dengan kejadian tersebut. (Kringg, kringg, kringg. Tanda adanya telepon masuk di hp) istriku ternyata menelponku, “Ya, halo bu? Ada apa?”, “yah cepettan pulang!!” jawab istriku dan tiba-tiba telepon terputus. Aku yang kaget dengan telepon istriku tersebut langsung menancapkan gas dan berputar arah di persimpangan terdekat, aku sangat cemas saat itu tidak terbayangkan apa yang sedang terjadi di rumah.
“Bu!!!!” teriakku sambil berlari kearah pintu rumah lalu menggedor-gedor pintu. “bu!!!!” teriakku semakin kencang, tidak ada yang menjawab, lalu aku ke garasi dan mencoba masuk lewat pintu disana dengan kunci yang kupegang dan akhirnya bisa terbuka. Aku langsung ke kamarku dan kaget melihat istriku sudah pingsan dan anakku yang menjerit ketakutan, aku langsung membaca ayat Kursi dan Yaasin dengan maksud apabila ghaib yang mengganggu akan segera hilang. Entah memang nyata atau tidak, aku merasakan bahwa ada kehadiran sesosok makhluk ghaib yang memegangku, dia seperti meraba bagian pundakku dengan halus dan rasanya sangat dingin hingga membuat semua bulu kudukku merinding tetapi aku tetap tidak takut. Aku lantangkan suaraku agar makhluk tersebut hilang, cukup lama rasanya namun akhirnya semua kembali normal.
Aku peluk Yudi untuk menenangkannya, setelah dia tenang aku langsung mengajaknya untuk menyadarkan istriku. Kita bersama berusaha membangunkan istriku, saat istriku sudah terbangun dia secara langsung menceritakan apa yang terjadi. Saat dia ingin memasak untuk Yudi, tiba-tiba yudi berteriak di kamar kemudian dia datang ke kamar hingga dia benar-benar kaget melihat sesosok hitam besar nan menakutkan berada di depan Yudi. Dia segera membaca ayat suci Al-Quran namun rupanya makhluk ghaib tersebut malah ‘menggila’ sehingga dia menelponku dan telepon terputus karena hp istriku terjatuh karena dia pingsan. Dia menceritakan sosok makhluk ghaib itu berawakan tinggi dan besar berwarna hitam, hitamnya sangat pekat, pakaiannya pun seperti jubah yang bahkan panjangnya hingga menembus lantai dan karena saking tingginya membuat kepalanya tidak terlihat alias melewati atap rumah kita. Saat mendengarkan penjelasan istriku, aku melihat Yudi berkeringat sangat banyak dan lebih panas daripada tadi pagi sehingga aku langsung membawanya ke dokter.
Setelah kejadian tersebut maka aku berinisiatif untuk mengadakan pengajian rutin di rumah, dan mengajak istri dan anakku untuk terus mendirikan shalat dan mengaji serta menjaga kebersihan rumah dengan tujuan menciptakan hawa positif dan mengusir hawa negative.
Gabung dalam percakapan